100 GREAT BUSINESS IDEAS
Ide-ide Unik di Balik Sukses Bisnis Miliaran Dollar
oleh Emily Ross & Angus Holland
Bab 1 :
Jalan Panjang Penuh Liku
...
...
Bab 2 :
Terima Kasih Atas Idenya
Terima Kasih Atas Idenya
RED BULL
Rasa tidaklah selalu penting
Sebuah minuman energi berbuih dalam sebuah kaleng ramping telah meroket menjadi minuman terkenal. Diluncurkan pada 1987 di Austria, kini lebih dari 3 miliar kaleng Red Bull yang manis dan mengandung banyak kafein ini terjual di lebih dari 130 negara di seluruh dunia setiap tahun. Red Bull menguasai 80 persen pangsa minuman energi di negeri di mana produk ini dijual.
Sosok di balik merek ini adalah miliuner Austria yang berkulit kecokelatan karena terbakar matahari, tinggi dan lebih suka menghindari publikasi, Dietrich Mateschitz, seorang mantan penjual sikat gigi dan eksekutif pemasaran untuk perusahaan makanan multinasional, Unilever, yang mengangkat sebuah minuman Thailand yang digemari para pekerja kerah biru, mahasiswa dan sopir bus menjadi sebuah fenomena global.
Ketika berkarier di Asia, Mateschitz berkenalan dengan minuman energi penuh kafein yang dijual di seluruh wilayah itu. Sering kali terasa tidak keruan, minuman itu biasanya mengandung bahan-bahan eksotik yang dijanjikan bisa mengobati penyakit dari flu sampai impotensi. Minuman-minuman ini dijual dengan harga premium dalam kemasan botol-botol kecil atau tabung-tabung kaca. Menurut sejarah perusahaan, Mateschitz mendapatkan ide-ide untuk bisnisnya ketika sedang duduk di Mandarin Hotel di Hong Kong pada 1982 sambil menyeruput minuman semacam itu.
Mateschitz mulai menyelidiki potensi pasar untuk minuman energi dan mulai mendengar betapa orang-orang lokal menjadi kaya-raya setelah menjual minuman-minuman tersebut. Dia berupaya menemukan resep yang dapat dibawanya pulang ke Austria. Jawabannya adalah Krating Daeng, yang dalam bahasa Thailand berarti "kerbau air merah". Versi Thailand dari Red Bull adalah sebuah minuman tanpa buih yang mengandung taurin sintetik (sejenis asam amino), kafein, gula dan glukuronolakton, sejenis zat yang diklaim mampu memberi peningkatan stamina, kewaspadaan mental dan daya tahan fisik. Krating Daeng diciptakan oleh perusahaan Thailand TC Pharmaceutical Company milik Chaleo Yoovidhya pada 1978. Pada 1983, Yoovidhya dan Mateschitz untuk memproduksi dan menjual minuman itu di Austria. Yoovidhya dan Mateschitz masing-masing memiliki 49 persen saham Red Bull dan putra Yoovidhya memiliki sisa dua persennya. Masing-masing menanamkan 500 ribu dolar AS dalam perjanjian itu. Mateschitz mengubah tonik menyehatkan itu menjadi manis dan berbuih, mengemasnya dalam kaleng ramping yang cantik dan menjadikannya sebuah "minuman cerdas" yang diklaim dapat meningkatkan kinerja seseorang. Minuman ini dibuat terutama dari bahan-bahan sintetik, sebagian besar dipasok oleh perusahaan-perusahaan kimia.
Mateschitz berkata dirinya menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan produk itu untuk pasar Barat, tapi tidak mau mengatakan dari mana dia mendapatkan penyandang dananya. Mateschitz menghabiskan waktu tiga tahun untuk menganalisa pasar, membuat sebuah formula yang akan membuat minuman itu lebih lezat, merancang strategi pemasaran, menyelesaikan desain kaleng (lebih kecil daripada kaleng Coke, tapi lebih mahal harganya bagi konsumen) dan akhirnya mendapatkan persetujuan dari Kementerian kesehatan Austria. Mateschitz mendirikan Red Bull GmbH pada 1987 di Fusch, Austria, dekat Salzburg.
Debut Red Bull adalah sebuah proposisi pasar yang menggiurkan pada saat itu ketika sebuah gelombang baru minuman olahraga, bahkan Lucozade yang sudah lama mengabdi, meroket di pasar Barat.
Red Bull melakukan debutnya pada 1987 dengan tanggapan positif. Hungaria menjadi tempat pertama minuman itu diluncurkan di luar Austria dan kemudian perlahan di seluruh Eropa. Red Bull memasuki pasar AS pada 2001 dan setelah awal yang lamban, penjualannya kini sedang meledak.
Salah satu kegeniusan Mateschitz adalah caranya memosisikan Red Bull di pasar. Dia membangun reputasi Red Bull jauh dari mainstream, menghubungkan minuman itu ke dunia yang jauh dari kehidupan sehari-hari, ke olahraga ekstrem, ke bar-bar yang paling kondang, ke pesawat-pesawat wisata dan tim-tim aerobatik, ke segala jenis balapan mobil, ke petualangan, ke Flugtag (sebuah kompetisi adu nyali di mana orang membangun mesin terbangnya sendiri), dan bahkan juga ke sebuah versi kartun konyol Leonardo Da Vinci, yang menjadi salah satu bintang iklan Red Bull. Mateschitz menyebutkan keberhasilan Red Bull dikarenakan cara pemasarannya : "Penting kiranya bagi seseorang untuk mengembangkan sebuah strategi komunikasi dan periklanan, yang ditempatkan di atas dan di bawah mainstream, sebuah kampanye yang menggabungkan tubuh dan pikiran dalam sebuah cara yang sangat tidak biasa ditemui orang. Citra Red Bull tidak ada hubungannya dengan sebuah produk makanan, tapi dapat diidentikkan dengan kemewahan dan gaya hidup."
Merek ini berbicara tentang hal-hal mistis (dan Anda pikir produk ini hanya minuman belaka). Perusahaan merancang taktik-taktik seperti merekrut tim yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi keren untuk bertindak sebagai "pendidik konsumen". Mereka membawa kotak-kotak Red Bull ke pesta-pesta yang "tepat" untuk membuatnya menjadi diperbincangkan, bukan mempromosikannya lewat saluran-saluran tradisional. Red Bull memiliki armada mobil yang memodifikasi sendiri dan berkeliling ke seantero kota untuk mempromosikan merek itu, dan ada juga dukungan para pesohor seperti Madonna, Britney Spears, dan Demi Moore, yang dipotret para paparazzi sedang menyeruput sekaleng Red Bull di sore hari sebagai bagian dari kegiatan harian mereka. Melalui saluran-saluran ini, perusahaan melahirkan sebuah merek yang diasosiasikan dengan kehidupan yang tidak biasa--sebuah dunia yang jauh dari tipe peminum Red Bull lainnya : mereka yang bekerja di call center, kantor-kantor atau kampus, yang membutuhkan pemicu semangat.
Kampanye pemasaran Red Bull tidaklah murah. Majalah Sports Illustrated memperkirakan bahwa bahkan pada 2002 Red Bull telah menghabiskan 80 juta dolar AS untuk mensponsori kegiatan olahraga ekstrem seperti kompetisi manusia terbang Flugtag dan kompetisi terbang layang dari Miami ke pantai Kuba (tanpa jaring antihiu). Red Bull mensponsori sampai 300 atlet olahraga ekstrem, sebuah tim balap Formula Satu dan memiliki akademi balapan motor di Austria untuk mempelajari dan mengembangkan potensi atletik para pembalap motor. Kemenangan publisitas terbesar sejauh ini adalah penyeberangan Selat Channel yang disponsori Red Bull pada 2003 oleh atlet Austria, Felix Baumgarter, yang melompat dari pesawat yang terbang 9.000 meter di atas Dover dan kemudian terbang ke seberang dengan hanya dibantu sayap-sayap dari serat karbon, mendarat di Clais enam menit kemudian.
Ancaman sebenarnya terhadap kelangsungan sukses Red Bull datang dari perspektif kesehatan. Para kritikus berpendapat bahwa Red Bull telah menciptakan generasi baru yang kecanduan kafein. Minuman ini telah diharamkan di Kanada, Denmark, Norwegia, dan Prancis. Perusahaan Red Bull sendiri merekomendasikan untuk mengonsumsi maksimal delapan kaleng per hari.
Mateschitz yang sangat bugar--yang dilaporkan meneguk delapan kaleng Red Bull per hari dan menyukai kopi hitam-- selalu menghindari media, lebih suka merek produknya yang menjadi pusat perhatian. Dia dikenal sedikit mata keranjang, jelas menyukai olahraga-olahraga ekstrem dana memiliki sebuah pulau di Fiji dan sebuah tim sepak bola Austria. Dia juga memiliki koleksi pesawat terbang yang tidak ternilai harganya dan tengah membangun sebuah taman bermain bertema penerbangan di Austria. Akuisisi terbaru Red Bull adalah sebuah tim bisbol di MLB seharga 100 juta dolar AS. Pada tahap ini Mateschitz tidak berencana menjual bisnis yang dilihatnya masih akan terus merambah pasar baru. Pada 2006, penjualan tahunan mencapai 3,5 miliar dolar AS dan perusahaan kini tengah melirik Meksiko, Rusia, dan Timur Tengah sebagai pasar baru minuman Red Bull yang manis dan berkafein. Dengan kekayaan sekitar 3 miliar dolar AS dalam genggamannya, Mateschitz kini tengah dalam proses meluncurkan minuman kesehatan yang baru. Kita pun bertanya-tanya apakah rasanya akan lebih nikmat daripada Red Bull?
CATATAN
"Penting kiranya...", Boonsong Kositchotethana, "Austrian marketing mogul puts stamp on Thailand's original Red Bull drink", Bangkok Post, bagian Marketing, 29.8.03
... to be continue ... SONY
Rasa tidaklah selalu penting
Sebuah minuman energi berbuih dalam sebuah kaleng ramping telah meroket menjadi minuman terkenal. Diluncurkan pada 1987 di Austria, kini lebih dari 3 miliar kaleng Red Bull yang manis dan mengandung banyak kafein ini terjual di lebih dari 130 negara di seluruh dunia setiap tahun. Red Bull menguasai 80 persen pangsa minuman energi di negeri di mana produk ini dijual.
Sosok di balik merek ini adalah miliuner Austria yang berkulit kecokelatan karena terbakar matahari, tinggi dan lebih suka menghindari publikasi, Dietrich Mateschitz, seorang mantan penjual sikat gigi dan eksekutif pemasaran untuk perusahaan makanan multinasional, Unilever, yang mengangkat sebuah minuman Thailand yang digemari para pekerja kerah biru, mahasiswa dan sopir bus menjadi sebuah fenomena global.
Ketika berkarier di Asia, Mateschitz berkenalan dengan minuman energi penuh kafein yang dijual di seluruh wilayah itu. Sering kali terasa tidak keruan, minuman itu biasanya mengandung bahan-bahan eksotik yang dijanjikan bisa mengobati penyakit dari flu sampai impotensi. Minuman-minuman ini dijual dengan harga premium dalam kemasan botol-botol kecil atau tabung-tabung kaca. Menurut sejarah perusahaan, Mateschitz mendapatkan ide-ide untuk bisnisnya ketika sedang duduk di Mandarin Hotel di Hong Kong pada 1982 sambil menyeruput minuman semacam itu.
Mateschitz mulai menyelidiki potensi pasar untuk minuman energi dan mulai mendengar betapa orang-orang lokal menjadi kaya-raya setelah menjual minuman-minuman tersebut. Dia berupaya menemukan resep yang dapat dibawanya pulang ke Austria. Jawabannya adalah Krating Daeng, yang dalam bahasa Thailand berarti "kerbau air merah". Versi Thailand dari Red Bull adalah sebuah minuman tanpa buih yang mengandung taurin sintetik (sejenis asam amino), kafein, gula dan glukuronolakton, sejenis zat yang diklaim mampu memberi peningkatan stamina, kewaspadaan mental dan daya tahan fisik. Krating Daeng diciptakan oleh perusahaan Thailand TC Pharmaceutical Company milik Chaleo Yoovidhya pada 1978. Pada 1983, Yoovidhya dan Mateschitz untuk memproduksi dan menjual minuman itu di Austria. Yoovidhya dan Mateschitz masing-masing memiliki 49 persen saham Red Bull dan putra Yoovidhya memiliki sisa dua persennya. Masing-masing menanamkan 500 ribu dolar AS dalam perjanjian itu. Mateschitz mengubah tonik menyehatkan itu menjadi manis dan berbuih, mengemasnya dalam kaleng ramping yang cantik dan menjadikannya sebuah "minuman cerdas" yang diklaim dapat meningkatkan kinerja seseorang. Minuman ini dibuat terutama dari bahan-bahan sintetik, sebagian besar dipasok oleh perusahaan-perusahaan kimia.
Mateschitz berkata dirinya menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan produk itu untuk pasar Barat, tapi tidak mau mengatakan dari mana dia mendapatkan penyandang dananya. Mateschitz menghabiskan waktu tiga tahun untuk menganalisa pasar, membuat sebuah formula yang akan membuat minuman itu lebih lezat, merancang strategi pemasaran, menyelesaikan desain kaleng (lebih kecil daripada kaleng Coke, tapi lebih mahal harganya bagi konsumen) dan akhirnya mendapatkan persetujuan dari Kementerian kesehatan Austria. Mateschitz mendirikan Red Bull GmbH pada 1987 di Fusch, Austria, dekat Salzburg.
Debut Red Bull adalah sebuah proposisi pasar yang menggiurkan pada saat itu ketika sebuah gelombang baru minuman olahraga, bahkan Lucozade yang sudah lama mengabdi, meroket di pasar Barat.
Red Bull melakukan debutnya pada 1987 dengan tanggapan positif. Hungaria menjadi tempat pertama minuman itu diluncurkan di luar Austria dan kemudian perlahan di seluruh Eropa. Red Bull memasuki pasar AS pada 2001 dan setelah awal yang lamban, penjualannya kini sedang meledak.
Salah satu kegeniusan Mateschitz adalah caranya memosisikan Red Bull di pasar. Dia membangun reputasi Red Bull jauh dari mainstream, menghubungkan minuman itu ke dunia yang jauh dari kehidupan sehari-hari, ke olahraga ekstrem, ke bar-bar yang paling kondang, ke pesawat-pesawat wisata dan tim-tim aerobatik, ke segala jenis balapan mobil, ke petualangan, ke Flugtag (sebuah kompetisi adu nyali di mana orang membangun mesin terbangnya sendiri), dan bahkan juga ke sebuah versi kartun konyol Leonardo Da Vinci, yang menjadi salah satu bintang iklan Red Bull. Mateschitz menyebutkan keberhasilan Red Bull dikarenakan cara pemasarannya : "Penting kiranya bagi seseorang untuk mengembangkan sebuah strategi komunikasi dan periklanan, yang ditempatkan di atas dan di bawah mainstream, sebuah kampanye yang menggabungkan tubuh dan pikiran dalam sebuah cara yang sangat tidak biasa ditemui orang. Citra Red Bull tidak ada hubungannya dengan sebuah produk makanan, tapi dapat diidentikkan dengan kemewahan dan gaya hidup."
Merek ini berbicara tentang hal-hal mistis (dan Anda pikir produk ini hanya minuman belaka). Perusahaan merancang taktik-taktik seperti merekrut tim yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi keren untuk bertindak sebagai "pendidik konsumen". Mereka membawa kotak-kotak Red Bull ke pesta-pesta yang "tepat" untuk membuatnya menjadi diperbincangkan, bukan mempromosikannya lewat saluran-saluran tradisional. Red Bull memiliki armada mobil yang memodifikasi sendiri dan berkeliling ke seantero kota untuk mempromosikan merek itu, dan ada juga dukungan para pesohor seperti Madonna, Britney Spears, dan Demi Moore, yang dipotret para paparazzi sedang menyeruput sekaleng Red Bull di sore hari sebagai bagian dari kegiatan harian mereka. Melalui saluran-saluran ini, perusahaan melahirkan sebuah merek yang diasosiasikan dengan kehidupan yang tidak biasa--sebuah dunia yang jauh dari tipe peminum Red Bull lainnya : mereka yang bekerja di call center, kantor-kantor atau kampus, yang membutuhkan pemicu semangat.
Kampanye pemasaran Red Bull tidaklah murah. Majalah Sports Illustrated memperkirakan bahwa bahkan pada 2002 Red Bull telah menghabiskan 80 juta dolar AS untuk mensponsori kegiatan olahraga ekstrem seperti kompetisi manusia terbang Flugtag dan kompetisi terbang layang dari Miami ke pantai Kuba (tanpa jaring antihiu). Red Bull mensponsori sampai 300 atlet olahraga ekstrem, sebuah tim balap Formula Satu dan memiliki akademi balapan motor di Austria untuk mempelajari dan mengembangkan potensi atletik para pembalap motor. Kemenangan publisitas terbesar sejauh ini adalah penyeberangan Selat Channel yang disponsori Red Bull pada 2003 oleh atlet Austria, Felix Baumgarter, yang melompat dari pesawat yang terbang 9.000 meter di atas Dover dan kemudian terbang ke seberang dengan hanya dibantu sayap-sayap dari serat karbon, mendarat di Clais enam menit kemudian.
Ancaman sebenarnya terhadap kelangsungan sukses Red Bull datang dari perspektif kesehatan. Para kritikus berpendapat bahwa Red Bull telah menciptakan generasi baru yang kecanduan kafein. Minuman ini telah diharamkan di Kanada, Denmark, Norwegia, dan Prancis. Perusahaan Red Bull sendiri merekomendasikan untuk mengonsumsi maksimal delapan kaleng per hari.
Mateschitz yang sangat bugar--yang dilaporkan meneguk delapan kaleng Red Bull per hari dan menyukai kopi hitam-- selalu menghindari media, lebih suka merek produknya yang menjadi pusat perhatian. Dia dikenal sedikit mata keranjang, jelas menyukai olahraga-olahraga ekstrem dana memiliki sebuah pulau di Fiji dan sebuah tim sepak bola Austria. Dia juga memiliki koleksi pesawat terbang yang tidak ternilai harganya dan tengah membangun sebuah taman bermain bertema penerbangan di Austria. Akuisisi terbaru Red Bull adalah sebuah tim bisbol di MLB seharga 100 juta dolar AS. Pada tahap ini Mateschitz tidak berencana menjual bisnis yang dilihatnya masih akan terus merambah pasar baru. Pada 2006, penjualan tahunan mencapai 3,5 miliar dolar AS dan perusahaan kini tengah melirik Meksiko, Rusia, dan Timur Tengah sebagai pasar baru minuman Red Bull yang manis dan berkafein. Dengan kekayaan sekitar 3 miliar dolar AS dalam genggamannya, Mateschitz kini tengah dalam proses meluncurkan minuman kesehatan yang baru. Kita pun bertanya-tanya apakah rasanya akan lebih nikmat daripada Red Bull?
CATATAN
"Penting kiranya...", Boonsong Kositchotethana, "Austrian marketing mogul puts stamp on Thailand's original Red Bull drink", Bangkok Post, bagian Marketing, 29.8.03
... to be continue ... SONY